Pernikahan seringkali dilaksanakan sesuai dengan adat istiadat daerah asal calon pengantin. Salah satu adat yang mash dipegang teguh dan masih sangat digemari saat ini adalah Adat Jawa. Adat Jawa pun memiliki banyak jenis yang berbeda di beberapa daerah. Kali ini, kita akan memgulik mengenai urutan prosesi pernikahan adat Jawa Tengah, selamat membaca !.
Pernikahan
Congkog
Congkog adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perwakilan calon pengantin. Perwakilan ini, diminta untuk mencari informasi dan segala asal usul calon pasangan dari mempelai wanita. Hal ini dilakukan untuk benar-benar memastika bahwa calon pengatin memang benar-benar tidak terikat dengan orang lain.
Salar
Setelah mendapatkan jawaban dari congkog, maka akan diselenggarakan salar untuk mendekatkan calon menantu dengan wali calon mempelai wanita. Hal ini biasa dilakukan oleh ayah, atau wali lainnya.
Nontoni
Setelah dilakukan persetujuan melalui salar, maka keluarga dari calon mempelai pria akan diajak berkunjung ke rumah mempelai wanita. Dalam kegiatan ini, orang tua calon mempelai bisa saling mengenal calon menantunya dan mengetahui lebih dekat.
Nglamar
.
.
.
.
Dalam nontoni, biasanya akan ditentuka tanggal kapan akan melamar mempelai wanita. Ketika nglamar, utusa dari calon mempelai pria datang menanyakan perihal pernikahan. Dalam kegiatan ini, biasanya perencanaan pernikahan akan segera dimulai. Mulai dari penentuan tanggal, tempat, dan berbagai persiapan pernikahan lainnya.
Srah-Srahan
Setelah “nglamar”, atau mengajukan lamaran kepada mempelai wanita, maka akan dilakukan acara srah-srahan. Dalam kegiatan ini, mempelai memberikan beberapa barang yang mencerminkan bentuk persiapan pernikahan. Persiapan tersebut meliputi peningsetan atau kegiatan tukar cincin oleh kedua pengantin. Kemudan asok tukon yakni penyerahan sejumlah nominal uang untuk meringankan mempelai wanita. Selanjutnya adalah paseksen. Paseksen adalah kegiatan meminta doa restu dari para saksi acara dan seluruh tamu undangan. Yang terakhir ialah penentuan haru pernikahan yang disebut gethok dina.
Tahap Siaga
Pada tahap ini, keluarga kedua mempelai sudah mulai mempersiapkan berbagai persiapan sebelum pernikahan. Persiapan tersebut meliputi pembentukan panitia dan pelaksana pernikahan nantinya. Pembuat hingga pembagi undangan pernikahan disebut sedhahan. Pertemuan dari panitia panitia ini seringkali disebut kumbakarnan. Dalam tahap ini pula, calon pengantin akan segera melaporkan rencana pernikahannya di KUA, yang kemudian dilanjut dengan pembekalan pernikahan (Jonggolan).
Prosesi Upacara Pernikahan Adat Jawa
Menjelang pesta pernikahan, gerbang rumah mempelai wanita aka didekorasi dengan berbagai tumbuhan dari berbagai tanaman kebun seperti pisang, kelapa, tebu dan beringin. Hal ini dimaknai sebagai harapan agar mempelai hidup bahagia dan sejahtera.
Pasang Tratag dan Tarub
Mungkin Anda tidak asing dengan tratag dan tarub. Kedua istilah ini merupakan istilah umum untuk hiasan janur kuning dan daun kelapa muda yang disobek sobek dan dipasang pada pintu masuk dan keluar resepsi pernikahan. Biasanya, pengadaan tratag dan tarub diiringi dengan sajian uba rambe berupa selamatan melalui sajia makanan nasi asahan, apem, dan kolak ketan.
Kembar Mayang
Kembar mayang biasanya dibawa oleh pendamping pengantin mengiringi proses temu dua keluarga. Bunga ini sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, sebagai lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika acara telah usai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut agar kedua pengantin selalu ingat asal muasalnya.
Siraman
Upacara Siraman mengandung makna memandikan calon mempelai yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin.
Urutan tahapannya yaitu calon pengantin memohon doa restu kepada kedua orangtuanya, kemudian mereka (calon pengantin pria dan wanita) duduk di tikar pandan, lalu disiram oleh pinisepuh, orang tua dan orang lain yang telah ditunjuk.